Percakapan mereka di chat online berjalan mulus dan keduanya saling menikmati waktu bersama. Bagi Lulu yang baru saja bercerai dan merasa tertekan, karena harus kembali tinggal bersama orangtua yang lebih menyayangi kehadiran anak laki-laki daripada anak perempuan, kehadiran Qichen memberi dampak sangat positif bagi kesehatan mentalnya.
Qichen adalah teman bicara yang menyenangkan, bisa memberinya ketenangan dan semangat seperti ‘kehangatan sinar mentari’. Merasa Qichen adalah belahan jiwanya, Lulu menempuh perjalanan 1.600 km dari rumahnya di Guangxi Zhuang ke tempat tinggal Qichen di provinsi Anhui.
Lulu sempat kaget ketika bertemu langsung dengan Qichen dan mendapati kondisi fisiknya yang tidak seperti orang kebanyakan. Qichen duduk di kursi roda, dalam kondisi lumpuh, hanya bisa menggerakkan kepala dan kedua ibu jarinya.
Seperti dilansir South China Morning Post, Qichen didiagnosa Duchenne Muscular Dystrophy (DMD) ketika dia berusia tujuh tahun. Kelainan genetik ini ditandai dengan hilangnya otot secara progresif, yang secara bertahap menyebabkan kesulitan dalam bergerak dan bernapas.
Tak Peduli Kondisi Qichen, Lulu Tetap Ingin Bersamanya
Lulu memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka, meskipun Qichen hidup dengan banyak keterbatasan. Sebab, wanita 33 tahun ini luluh dengan sikap positif dan kecerdasan Qichen.
Keduanya pun meresmikan hubungan mereka dan mendaftarkan pernikahan pada Maret 2024. Lulu kini hamil anak Qichen. Kehamilannya sudah berusia empat bulan.
Lulu mengatakan keluarga Qichen memperlakukannya seolah dia adalah putri mereka. Ibu Qichen berkata di pesta pernikahan, “Saya akan menebusnya dengan cinta atas apa pun yang tidak mampu dilakukan putra saya.”
Qichen pun berkata, “Saya tidak percaya bisa menemukan cinta dengan orang seperti ini. Saya orang paling beruntung di dunia.”
Leave a Reply